Kamis, 07 Mei 2009

Tentang Integritas Lagi...


Integritas adalah keterpaduan, kebulatan, keutuhana, jujur dan dapat dipercaya.

Pelayan Tuhan yang memiliki integritas berarti adalah orang yang memiliki keterpaduan, kebulatan, keutuhan antara apa yang diyakini dengan apa yang dilakukan, serta menjadi orang yang jujur dan dapat dipercaya. Dalam pelayanan, integritas merupakan suatu pilar yang amat penting.

I. Integritas Alkitabiah

Sekalipun tidak secara eksplisit kita tidak menjumpai istilah “integritas” dalam Alkitab, namun secara implisit tersebar di seluruh bagian Alkitab, khususnya berkaitan dengan orang-orang yang dipanggil Tuhan untuk melayani-Nya.

A. Integritas Iman
Setiap orang percaya harus memiliki integritas iman yang baik. Artinya jika ia percaya kepada Allah, maka ia harus memiliki sikap dan tindakan yang sesuai dengan imannya itu. Allah menghendaki agar ada keterpaduan antara hati yang percaya dan mulut yang mengaku.

B. Integritas Diri
Integritas diri di sini adalah keterpaduan antara perkataan dengan perbuatan kita.

C. Integritas Pelayanan
Orang yang berintegritas baik dalam pelayanan adalah orang yang bisa dipercaya. Ketika kepadanya dipercayakan suatu pelayanan oleh Tuhan sendiri sesuai dengan talentanya, maka ia akan memegang teguh kepercayaan itu dengan pertolongan Roh Kudus, tidak peduli apakah pelayanan itu besar atau kecil. Orang-orang yang memiliki integritas tinggi dalam pelayanan: cakap, takut akan Allah, dapat dipercaya, dan benci akan suap, berkomitmen dan militan.

2. Alasan Tak Berintegritas

Ketika seorang pelayan Tuhan merasa tidak mampu memiliki ketiga jenis integritas di atas, maka biasanya ia mengemukakan alasan-alasan berikut ini.

(a) Ketidak-sempurnaan
“Bukankah sebagai manusia kita tidak sempurna, jadi wajar saja jika saya tidak memiliki integritas semacam itu dan Tuhan pasti memakluminya.” Yesus Kristus sendiri menuntut agar kita sempurna sebab Bapa itu sempurna adanya. Kesempurnaan harus menjadi obsesi kita – bukan dengan kekuatan kita sendiri, melainkan oleh pertolongan Tuhan.

(b) Lingkungan

“Bagaimana saya bisa memiliki integritas semacam itu, sedangkan semua orang di sekitar saya sama-sama tidak berintegritas? Tidakkah nanti saya dianggap sebagai orang yang ‘sok rohani’?” Kita harus belajar tidak mudah tergoncangkan, sekalipun lingkungan di sekitarnya begitu buruk dan jahat. Jangan menyalahkan lingkungan, karena Allah meminta pertanggung-jawaban kita pribadi.

(c) Kecukupan
“Dengan melayani seperti ini saja pelayanan saya diterima di tengah-tengah masyarakat, buat apa saya memiliki integritas semacam itu?” Tuhanlah yang menilai kualitas pelayanan kita. Bukan berdasarkan apa yang ada di luar, melainkan yang ada di dalam. Penilaian atas hidup dan pelayanan kita adalah Tuhan sendiri. Itulah sebabnya kita harus berkenan kepada-Nya.

Mari kita memiliki integritas yang tinggi dalam iman, hidup pribadi, dan pelayanan kita. Bahkan mari kita meneladani integritas Yesus Kristus sendiri yang taat kepada kehendak Bapa-Nya, tak peduli betapa besarnya tantangan dan resiko yang harus Ia hadapi. Selamat melayani!

Sumber: Anonim

Tidak ada komentar: